Biro Naskah Pidato - Kekecewaan terhadap berlarut-larutnya penyelesaian damai masalan Irian Barat kepada Republik Indonesia tumpah dalam pidato Presiden Sukarno di Medan. Terlebih Belanda terlihat mencuri kesempatan untuk mengirim pasukan
marinir, berikut sejumlah kapal perusak, kapal induk Karel Doorman
dengan jet tempurnya. Di satu sisi, Indonesia pada prinsipnya menerima
penyelesaian damai, tetapi ia tetap menggelorakan semangat Trikora di
depan hadirin rapat raksasa di Medan, Kamis, 26 April 1962. Berikut Isi Pidato Amanat Presiden Sukarno pada Rapat Raksasa di Medan Tentang TRIKORA Tahun 1962.
PIDATO AMANAT
PRESIDEN SUKARNO PADA RAPAT RAKSASA DI MEDAN
KAMIS 26 APRIL 1962
"KITA TIDAK
MAU BERUNDING LAGI DENGAN BELANDA, KALAU
BELANDA TERUS MENGIRIMKAN BALA-BANTUAN KE IRIAN BARAT"
Assalamu'alaikum Warahmatullahi
Wabarokatuh.
MERDEKA!
Saya memang -- Insya Allah Subhanahu
Wata'ala -- hendak mengucapkan pidato yang penting. Apa sebab saya katakan
penting? Oleh karena apa yang saya ucapkan didalam waktu-waktu yang lampau, dan
yang apa Insya Allah saya ucapkan sekarang ini adalah sebenarnya suara rakyat,
suara rakyat dari Sabang sampai Merauke, suara Rakyat Indonesia yang berjumlah
96 juta orang. Saya tidak berbicara nonsens, saya berbicara atas nama rakyat
Indonesia, saya berbicara sebagai penyambung-lidah Rakyat Indonesia.
Tidaklah benar demikian,
Saudara,saudara?
Apakah sebab jikalau saya berpidato,
Rakyat berbondong- bondong sama datang? Lihat, pegawai-pegawai negeri hadir,
Angkatan Bersenjata - baik Darat maupun Udara maupun Laut maupun Polisi -
hadir, mahasiswa dan mahasiswi hadir sukarelawan hadir, kaum buruh hadir, kaum
tani hadir, pendek-kata seluruh Rakyat dari pelbagai golongan dan pangkat
hadir. Apa sebab demikian? Oleh karena sebenarnya yang hendak saya
katakan atau yang telah saya katakan ialah suara mereka sendiri. Saya ulangi, saya tidak
berbicara nonsens. Saya bicara, menggambarkan isi hati Rakyat Indonesia. Saya
adalah - demikian saya katakan berulang-ulang -- penyambung lidah daripada
Rakyat Indonesia, bukan-kataku berulang-ulang pula -- saya ini bangga bahwa
saya ini disebutkan: Paduka Yang Mulia, atau Presiden, atau Panglima Tertinggi,
atau Mandataris M.P.R.S. atau PanglimaBesar Komando Tertinggi Pembebasan
Irian Barat, atau Panglima Besar Komando Tertinggi Urusan Ekonomi seluruh
Indonesia, tidak. Saya berulang-ulang berkata, bahwa saya merasa berbahagia dan
mengucap syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata'ala, bahwa saya adalah
penyambung- lidah daripada Rakyat Indonesia.
Apa yang telah saya katakan dan apa
yang akan saya katakan, adalah kehendakmu sendiri, adalah suaramu sendiri,
adalah denyut hatimu sendiri. Ingatkah, hai Saudara-saudara sekalian, bahwa
tatkala saya mengucapkan Trikomando Rakyat pada tanggal 19 Desember tahun yang
lalu, saya berkata bahwa Trikomando Rakyat itu sebenarnya adalah Komando Rakyat
kepada Rakyat sendiri, Komando yang diucapkan oleh Rakyat kepada dirinya
sendiri.
Trikomando yang berarti bahwa kita
harus membebaskan Irian Barat dengan selekas mungkin, supaya Irian Barat dalam
tahun ini juga, masuk kedalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia.
Trikomando Rakyat saya ucapkan di
Yogyakarta, apa sebab saya ucapkan di Yogyakarta?
Oleh karena Yogyakarta adalah
termashur sebagai Kota Revolusi, Oleh karena Yogyakarta pada tanggal 19
Desember 1948 diserbu oleh Belanda. Nah, tanggal 19 Desember pula saya ucapkan
Trikomando Rakyat itu di Yogyakarta.
Apa sebab pidato penting sekarang
ini saya ucapkan di Medan? Dan tidak di Jakarta?
Oleh karena saya tahu, bahwa
semangat Rakyat Medan termashur selalu berkobar-kobar menyala-nyala, semangat
Jakartapun adalah semangat yang menyala-nyala, semangat Proklamasi. Di Jakarta
pada tanggal 17 Agustus 1945 diucapkan Proklamasi Republik Indonesia yang melahirkan
Republik Indonesia.
Tetapi, Saudara-saudara, sebenarnya
bukan hanya Jakarta saja adalah kota semangat, bukan hanya Yogyakarta saja
adalah kota semangat, bukan hanya Medan saja kota semangat, tetapi seluruh
Rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke adalah gudang semangat yang
menentang imperialisme itu.
Jikalau umpamanya bukan seluruh
Rakyat Indonesia semangatnya berkobar-kobar, menyala-nyala, apakah kita bisa
mencapai kemerdekaan? Jikalau umpamanya 96 juta Rakyat kita ini tidak
berkobar-kobar, menyala-nyala semangatnya, masakah kita bisa mempertahankan
kemerdekaan kita, mempertahankan kemerdekaan kita walaupun kita digempur oleh
musuh berulang- ulang kali, digempur oleh musuh pada tanggal 21 Juli 1947,
digempur oleh musuh pada tanggal 19 Desember 1948, digempur oleh Westerling,
digempur oleh APRA, digempur oleh gerombolan-gerombolan.
Kita tetap berdiri oleh karena
semangat seluruh Rakyat adalah semangat perjuangan, semangat patriot, semangat
yang telah berisikan sumpah: Sekali Merdeka, Tetap Merdeka!
Saudara-saudara, Pak Subandrio tadi
berkata, bahwa kita didalam Revolusi yang simultan, dan bahwa Revolusi itulah
yang sekarang dirongrong oleh pihak lawan.
Dijelaskan oleh Pak Subandrio, bahwa
segala bagian-bagian daripada Revolusi itu adalah sekadar bagian saja daripada
Revolusi besar yang dijalankan oleh seluruh Rakyat Indonesia dari Sabang sampai
ke Merauke. Dan bukan saja Revolusi satu macam, kataku berulang-ulang pula,
tetapi Revolusi simultan, Revolusi sekaligus bermacam-macam, Revolusi Sosial,
Revolusi Ekonomi, Revolusi Nasional, Revolusi Politik, Revolusi Kebudayaan,
bahkan saya tempo hari berkata, Revolusi membentuk manusia Indonesia baru.
Revolusi simultan, demikian
diterangkan oleh Pak Bandrio, yang sekarang sedang dirongrong oleh musuh. Ini
yang diikhtiarkan oleh musuh supaya gugur, jelas dikatakan oleh Pak Bandrio.
Tetapi ini, politik yang demikian
ini, tekad yang demikian ini, bukan sekadar tekad dan pimpinan Sukano, tidak.
Sebagai tadi saya katakan, tidakkah segenap Rakyat menghendaki demikian?
Saudara-saudara sekalian, saya ulangi
mengutamakan jalan damai, manakala jalan damai itu masih ada, minta dicatat,
selama jalan damai itu masih ada, kita akan sudi memasuki jalan damai itu.
Inipun harus ditegaskan kepada pemerintah-pemerintah asing. Manakala jalan
jalan damai itu masih ada, manakala masih ada lobang kecil, ya lobang kecil, engkau
memasukinya secara damai dan mencapai pembebasan Irian Barat, lobang kecil itu
akan kita masuki. Ya, Saudara-saudara, tempo hari sudah saya terangkan, bahwa
usul Tuan Bunker pada prinsipnya kita terima, artinya bahwa kita mau
merundingkan pembebasan Irian Barat itu dengan pihak Belanda atas dasar
prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Tuan Bunker itu, pada dasarnya, pada
prinsipnya.
Itu jelas saya katakan di Palembang,
jelas saya katakan di Jambi tempo hari pula, pada dasarnya, pada prinsipnya,
malah di Palembang saya gambarkan sebagai memberi saputangan. Kalau misalnya
saya Belanda, umpama, saputangan ini adalah Irian Barat, ini saputangan
dipegang oleh saya sebagai Belanda, saputangan ini sebenarnya milik daripada
Panglima Lubis, itu Republik Indonesia Saya tidak keberatan jikalau Belanda, karena
malu, memberikan saputangan ini kepada Panglima Lubis, yaitu saya umpamanya malu
memberikan saputangan ini kepada Panglima Lubis, meminjam tangannya Gubenur Raja
Junjungan. Tulung kasihkan saputangan ini kepada Panglima Lubis, untuk Belanda minta
tangan orang lain untuk memberikan Irian Barat, saputangan ini kepada Republik Indonesia.
Saya tidak berkeberatan hal yang
demikian itu, tidak ada keberatan, malah kami berkata, kami dapat menerima pada
prinsipnya usul Bunker. Oleh karena itu maka kami berkata, bahwa kami tidak
berkeberatan pada prinsipnya menerima usul Bunker. Sebab prinsipnya usul Bunker
adalah demikian: MengembalikanIrian Barat kedalam wilayah kekuasaan kita via
tangan orang lain, yaitu tangannya PBB.OK, all right. Kita mau dengan
jalan yang demikian, prinsip yang demikian itu kita mau, tetapi lha ini: kita
tidak mau penyerahan Irian Barat kepada kitaitu diulur-ulur sampai 2 tahun.
Kita telah tegas berkata, bahkan
telah bersumpah kepada diri sendiri, memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah
kekuasaan Republik dalam tahun enam puluh dua ini. Ya, Saudara-saudara, kita
telah menyatakan, setuju menerima dalam prinsip usul Bunker.
Tunggu punya tunggu, tunggu punya
tunggu, Belanda tidak muncul-muncul dengan pernyataan mau menerima usul Bunker
ini. Sampai pada saat sekarang ini sebenarnya, Saudara- saudara, tidak ada dari
pihak Belanda satu pernyataan mau menerima usul Bunker atau menerima dalam
prinsip usul Bunker. Kok kita ini disuruh tunggu,
tunggu, tunggu, tunggu......... tunggu............... tapi saya lihat,
waah......... berbahaya ini.
....... Kita disuruh tunggu........
tunggu......... tunggu dalam pada itu Belanda kirim bala bantuan marinir-marinir
ke Irian Barat. Kirim serdadu-serdadu ke Irian Barat, kirim marinir-marinir yaitu
KKO- KKO mereka ke Irian Barat.
Kirim kapal-kapal perusak ke Irian
Barat.
Bahkan telah mengatakan dengan
jelas, akan mengirim kapal Karel Doorman ke Irian Barat. Dikatakan dengan tegas
dan jelas, Karel Doorman sekarang ini sedang diperbaiki di Den Helder, akan
diperlengkapi dengan kapal-kapal penempur Jet yang hebat- hebat, kemudian akan
dikirim ke Irian Barat.
Saya bertanya kepadamu: He,
Saudara-saudara sekalian, apakah ini tidak suatu keadaan yang berbahaya bagi kita? Apakah ini
tidak berarti bahwa sebenarnya pihak Belanda bersedia-sedia untuk mengadakan perang
dengan Republik Indonesia?
Yah, memang demikian. Dan kita disuruh
menunggu-nunggu, kita disuruh menunggu-nunggu, kita disuruh menunggu-nunggu.
Kita telah berkata, bahwa kita mau
masuk ke dalam perundingan atas dasar prinsip Bunker. Tetapi pihak Belanda
sampai sekarang belum ada pemyataan yang demikian itu, sebaliknya mengirimkan
bala bantuan ke Irian Barat.
Nah, maka dalam keadaan yang
demikian itu, saya ulangi, dalam keadaan yang demikian itu, sekali lagi saya
katakan, dalam keadaanyang demikian itu -artinya Belanda mengirimkan bala
bantuan, Belanda mengirimkan segala alat-alat peperangan ke Irian Barat,
Belanda bahkan akan mengirim Karel Doorman ke Irian Barat- dalam keadaan yang
demikian itu kita tidak mau berunding dengan pihak Belanda.
Dan inilah ucapan saya yang penting,
yang Saudara tunggu-tunggu. Saya disini dengan resmi mengatakan, Saudara-
saudara, dalam keadaan yang demikian itu -Belanda mengirim bala bantuan terus
menerus ke Irian Barat, bahkan Belanda akan mengirim Karel Doorman ke Irian
Barat- dalam keadaan yang demikian itu kita tidak mau mengadakan perundingan
dengan pihak Belanda. Pergiatlah terus Trikora sehebat-hebatnya!!!
Dan lain perkara, jikalau Belanda
tidak mengirim bala bantuan ke Irian Barat, -itu supaya dicatat pula oleh
Duta-duta besar disini,- kalau pihak Belanda tidak mengirimkan bala bantuan ke
Irian Barat, kita dari pihak Indonesia tetap pada pendirian
kita semula, yaitu mau berunding dengan pihak Belanda untuk memasukkan Irian
Barat k edalam wilayah kekuasaan Republik.
Jadi sebenarnya, Saudara-saudara,
pintu perundingan kita tidak tutup sama sekali. Tidak, we are not closing the
door, we are keeping the door still open. Jelas ini bahasa Inggris, juga dulu
di Jakarta saya berkata, dear is geen woord Frans bij, artinya tidak ada perkataan
Prancis didalamnya. Yes, there is no French in it, only English. I do not know good
English or not good English, it is English. I say, we are still keeping the
door open for negotiation.
Tapi ini, pada tingkatan yang
pertama atas prinsip usul Bunker atas cara menyerahkan Irian Barat ke dalam
wilayah kekuasaan Republik, itupun telah berulang-ulang saya katakan bahwa kita
mau berunding, tapi perundingan atas dasar-dasar itu. Pendek, kita mau
berunding secara formil dengan pihak Belanda, tetapi kita tidak mau
merundingkan lain-lain hal kecuali cara menyerahkan kekuasaanIrian
Barat kepada Republik Indonesia.
Itu tetap kita pegang teguh. Kita
pegang teguh pernyataan yang telah kita ucapkan beberapa bulan yang lalu, bahwa
kita hanya mau berunding dengan pihak Belanda, berunding formil dengan pihak
Belanda atas dasar penyerahan kekuasaan Irian Barat kepada Republik Indonesia.
Tetap itu kita pegang teguh, tetapi
mengenai usul-usul Bunker, Saudara-saudara, yang pada prinsipnya telah kita
terima, saya sekarang dalam pidato yang penting ini berkata, bahwa kita masih
mau mengadakan perundingan preleminary, perundingan pendahuluan, sekali lagi
perundingan pendahuluan atas prinsip usul-usul Bunker itu, asal Belanda mau menerima
prinsip usul- usul Bunker. Kalau Belanda tidak mau mengatakan, bahwa dia adalah
dalam prinsipnya menerima usul-usul Bunker, kitapun tidak bisa berunding dengan
pihak Belanda itu.
Pantaskah kita berunding untuk
membicarakan segala tetek- bengek, yang tidak ter zake doende, membicarakan
tetek-bengek, yang tidak menyangkut penyerahan kekuasaan di Irian Barat kepada
Republik Indonesia? Tidak, kita tidak mau!
Tetapi kita tegaskan, sekali lagi
saya tegaskan selama pihak Belanda masih demikian, artinya mengirimkan bala
bantuan ke Irian Barat, bahkan mengirimkan Karel Doorman ke Irian Barat,
sekarang juga saya katakan bahwa kita tidak mau berunding dengan pihak Belanda.
Tidak mau berunding meskipun perundingan informil, Saudara-saudara.
Tetapi kita masih tetap mau
berunding oleh karena kita adalah satu bangsa yang cinta kepada perdamaian,
tetapi lebih cinta kepada kemerdekaan.
Ini artinya apa Saudara-saudara?
Artinya ialah, hai, Rakyat Indonesia, sekarang ini benar-benar kita memasuki
satu fase yang menentukan dalam perjuangan kita memasukkan Irian Barat kedalam
wilayah kekuasaan Republik. Aku pemimpin besarmu, aku kepada Negaramu, aku
Panglima Tertinggimu, aku Panglima Besarmu Pembebasan Irian Barat, aku tidak
bisa mengetahui apakah Belanda mau menyetop bala bantuannya ke Irian Barat,
apakah Belanda mau menyerahkan Irian Barat kepada kita? Apakah Belanda mau menerima
prinsip usul-usul Bunker, apakah Belanda mau mengadakan perundingan dengan kita
sebagai jaminan atas penyerahan kekuasaan di Irian Barat kepada kita? Saya tidak
tahu hal ini, Saudara-saudara. Tetapi saya katakan kepada Rakyat Indonesia
justru oleh karena itu- marilah kita sekarang ini menggigitkan kita punya gigi
sekeras-kerasnya.
Kata orang Belanda: "Onze
tanden op elkaar klemmen". Gigitkan kita punya gigi sekeras-kerasnya. Artinya ayo berjalan terus,
berjalan terus menjalankan Trikora, berjalan terus membebaskan Irian Barat
sebelum matahari terbit pada tanggal 1 Januari 1963.
Memang Saudara-saudara, revolusi
kita kini sebagai tadi dikatakan oleh Pak Subandrio, sedang memuncak, yah
sekarang kita menanti tingkat puncaknya dari revolusi Indonesia itu, Revolusi
Indonesia bagian politik untuk memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan
Republik kembali. Sekarang kita memasuki masa yang demikian itu. Maka sebagai
suatu bangsa yang revolusioner, Saudara-saudara, sebagai tadi saya katakan, yah,
sejak daripada saat sekarang ini, kita sebenarnya tidak boleh mengharap banyak,
mengharap sangat. Pengharapan- pengharapan yang mungkin membawa
kita menjadi satu bangsa yang mau -kata orang Belanda -: zelgenoergzaam. Bangsa
yang hanya ......... yaaah........ nanti toh beres........ nanti toh Irian
Barat akan masuk kedalam wilayah kekuasaan Republik, bukan satu bangsa yang
yakin dan tegas mengetahui, bahwa masuknya Irian Barat kedalam wilayah kekuasaan
Republik hanyalah mungkin dengan perjoangan yang maha hebat, satu perjoangan yang
total, satu perjoangan yang dijalankan oleh Rakyat dari Sabang sampai ke
Merauke di segala bidang.
Mari sejak sekarang ini,
Saudara-saudara, kita singsingkan lengan baju lebih dari yang sudah-sudah. Mari
sejak dari sekarang ini, kita anggap bahwa Republik Indonesia ini sudah
benar-benar masuk dalam fase perjoangan yang memuncak. Bahwa kita sekarang ini
benar-benar dalam melaksanakan sumpah kita, memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah
kekuasaan Republik, dalam tahun ini juga. Tetapi Saudara- saudara, dalam hal demikian
itu hanyalah kita bisa jaya jikalau, -- sebagai tadi saya katakan, kita bersatu
padu dalam segala lapangan, baik Angkatan Perang maupun angkatan bersenjata seluruhnya,
maupun kaum buruh, kaum tani, maupun siapa saja, seluruh rakyat Indonesia, yang
sembilan puluh enam juta ini, laksana tergembleng menjadi satu jiwa, satu
tenaga, satu jiwa yang tidak mundur meskipun ada halangan yang bagaimanapun juga.
Saudara-saudara, saya kira cukup
jelas saya punya pidato yang demikian itu dan saya minta agar supaya pidato
saya ini disampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia dengan surat-kabar, dengan
radio dengan mulut dan dengan apapun, yaitu amanat saya kepada rakyat
Indonesia, bahwa kita sekarang ini benar- benar memasuki fase perjoangan yang sehebat-hebatnya.
Dalam pada itu, Saudara-saudara,
saya sebagai Pemimpin Besar Revolusi, sebagai Kepala Negara, Sebagai Panglima
Besar Pembebasan Irian Barat, yah, saya masih menunggu, -- artinya menunggu itu
-- yah, mengharap Saudara-saudara, agar supaya Belanda, pihak Belanda lekas sadar,
mau menyerahkan Irian Barat kepada kita dengan jalan yang sebaik-baiknya.
Sekian, Saudara-saudara, amanat
saya, karena saya nanti jam sebelas harus meletakkan batu pertama dari pada
Manipol-House, gedung Manipol, maka terpaksa saya sudahi pidato saya ini.
Assalamu'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh!
Merdeka
Sumber: http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id
aku punya teks pidato ulang tahun trikora. tulisan tangan sukarno. dijual jika harga cocok. 088806481756. 31509b12
BalasHapus