Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saudara-saudara,
Tadi, Bapak Menko Prof. Kyai Saifuddin Zuhri mengatakan
bahwa waktu di Paris, saya sedang sibuk-sibuknya memberi amanat dan pimpinan
kepada duta besar kita. Pada waktu itu, saya tidak lupa memperingatkan kepada
Bapak Saifuddin Zuhri untuk mengadakan perhelatan Maulud Nabi di Istana Negara.
Memang demikian saudara-saudara. Bahkan lebih dulu dari pada
itu, di Kairo, kemudian dari Kairo ke Paris. Bahkan di Kairo, tatkala saya nyantol
di situ, karena tidak bisa langsung pergi ke Aljazair, tetapi kemudian mengadakan
pertemuan yang amat penting dengan Presiden Nasser, Presiden Ayyub Khan, Perdana
Menteri Chou En Lai. Di Kairo itu saya tidak berhenti-berhenti ingat. Wah, ini
bulan Maulud, ini Bulan Maulid. Kita nanti di Jakarta harus mengadakan Peringatan
Maulid yang sebaik-baiknya.
Maka di Kairo itu saya ingat bahwa Hari Maulid atau Perayaan
Hari Maulud sebenarnya bukan suatu hal yang wajib. Kita ini hanya mempunyai dua
hari besar islam yaitu hari idul fitri dan idul kurban. Cuma dua itu, hari
besar kita. Tetapi sebagai saudara-saudara mengetahui, jaman sekarang, salah
satu hari yang kita mulyakan, salah satu hari yang kita mulyakan, di dalam
perikehidupan kita sebagai umat Islam ialah hari maulid nabi kita yang kita
cintai.
Dulu beberapa tahun yang lalu telah saya beritahukan pada
khalayak ramai bahwa yang mula-mula mengadakan perayaan maulud nabi ialah
Shalahudin, panglima perang Islam yang amat termasyhur, Panglima perang di
dalam perang salib bahasa belandanya, bahasa inggrisnya “Crussade”. Dari pihak
Kristen yang termasyhur panglima perangnya ialah Richard Lion Heart, Ricard Lion
Heart, yang spesial dari Inggris datang ke timur untuk memimpin laskar-laskar
kristen merebut kembali al Quds.
Dari pihak Islam, panglima perangnya Shalahudin. Ya, ini, satu
bukti kehebatan shalahudin dalam psikologi massa untuk membangkitkan semangat
Islam sehingga berkobar-kobar kembali. Membangkitkan semangat Islam sebagai
semangat perjoangan . Shalahudin memerintahkan kepada laskarnya, kepada kawan-kawan seagama untuk
mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Jadi sebelum Shalahudin perayaan
maulud nabi sebagai yang kita kenal sekarang ini, tidak ada. Hanya sesudah
diperintahkan, dibiasakan oleh shalahudin maka tiap2 tahun di seluruh umat
islam diadakan Peringatan Maulud Nabi.
Nah, pada waktu saya di Kairo, sedang sibuk-sibuknya mengadakan
pembicaraan dengan presiden Nasser, dengan Perdana Menteri Chou En Lai, dengan–nantinya—Presiden
Ayyub Khan dari Pakistan. Sedang sibuk-sibuknya itu, saya tidak lupa ini bulan
maulud, ini bulan maulud, ini bulan maulud. Kita harus mengadakan perayaan maulud
nabi nanti sebaik-baiknya. Dan saya ingat, yang mula-mula memerintahkan
mengadakan maulud nabi, perayaannya adalah Shalahudin.
Kebetulan saudara-saudara, Mesir atau republik persatuan arab,
mempunyai satu industri film, kalau sini ya entah Perfai atau Perfi, mempunyai
perindustrian film yang membuat film cerita Shalahudin itu. Hampir-hampir
seperti film Metro Goldwyn Mayer *** atau hampir-hampir film Metro Goldwyn
Mayer The Story of *** . Saya segera memerintahkan kepada kedutaan besar kita
di Kairo untuk mempertunjukkan film Shalahudin itu di hadapan rombongan yang
saya bawa dari Jakarta. Dan salah satu ruangan daripada Hotel Hilton pada satu
malam dipertunjukkan film Shalahudin ini. Yang di film itu kita melihat
perjuangan yang hebat daripada umat islam di bawah pimpinan shalahudin.
Perjuangan umat Islam yang mengambil suri tauladan dari perjuangan Nabi kita
Muhammad saw.
Memang saudara-saudara, kita sebagai umat islam harus (harus!)
menganggap Muhammad itu sebagai pemimpin besar yang terbesar. Bahkan harus kita
mengatakan: TIDAK ADA PEMIMPIN YANG LEBIH BESAR DARIPADA MUHAMMAD SAW!!!
(Applaus)