Assalamualaikum wr wb.
Yang saya hormati,
Bp. Muhammad Faris Ridwan, Direktur sekaligus trainer Pengembangan
Kepribadian dan Psikologi "Indonesia Bangkit"
Bp dan Ibu guru SMA BiroNaskahPidato.Com, peserta training
yang luar biasa.
Bismillaahirrahmaanirrahim,
Saya merasa sangat berbahagia karena berada di sini, di
tengah-tengah para pendidik yang hebat, bersemangat, dan luar biasa. Di sini,
saya melihat trainer kita hari ini sebagai pendidik. Ya, seorang pendidik, guru
bagi kita semua para peserta. Sementara itu, para peserta yang hadir pun adalah
seorang pendidik, guru bagi para murid-muridnya.
Mengapa saya katakan semua yang ada di sini sebagai pendidik
yang luar biasa?
Kita tentu sudah sama-sama tahu, betapa bangsa kita saat ini
sedang menghadapi banyak masalah serius. Banyak, ya, banyak hal serius. Namun
terkait dengan tema pelatihan kita kali ini, “MENJADI GURU TERBAIK, SUKSES CARA
DAN SUKSES HASIL”, yang saya maksudkan adalah output dari hasil pendidikan
kita.
Salah satu masalah serius yang kita hadapi dan sedang kita
pikirkan solusinya ini adalah masalah kenakalan remaja. Fakta terungkap, betapa
moralitas pelajar kita semakin hari citranya semakin membuat kita menjadi
prihatin. Banyak berita yang berbicara tentang hal ini, tawuran pelajar,
pacaran hingga perzinahan, bahkan tanpa malu-malu lagi disebar-sebarkan ke
khalayak umum.
Ada apa dengan ini semua?
Saya tidak ingin berpanjang-lebar, hanya ada sebuah cerita
yang ingin saya bagikan kepada saudara sekalian. Kisah Gene Netto, mahasiswa dan calon guru di Fakultas Pendidikan, di Brisbane,
Australia saat menghadapi murid sekolah yang “super” bengal.
Kejadiannya pada tahun 1994, saat ia magang mengajar. Gene mendapat giliran mengajar di Kelas 8-F di awal masa magangnya. Banyak guru yang berteriak, menyesalkannya karena mendapat giliran masuk ke kelas itu di awal masa magangnya. Sidik-selidik, ternyata di kelas tersebut terdapat seorang murid “istimewa” (dalam tanda kutip), bernama Luke.
Kejadiannya pada tahun 1994, saat ia magang mengajar. Gene mendapat giliran mengajar di Kelas 8-F di awal masa magangnya. Banyak guru yang berteriak, menyesalkannya karena mendapat giliran masuk ke kelas itu di awal masa magangnya. Sidik-selidik, ternyata di kelas tersebut terdapat seorang murid “istimewa” (dalam tanda kutip), bernama Luke.
Siapakah Luke?
Luke adalah siswa dengan
segudang “prestasi” (sekali lagi dengan tanda kutip) di antaranya: pernah
ditangkap polisi berkali-kali, pernah coba membakar gedung sekolah (meski hanya
merusak sedikit), mencuri mobil, mencuri barang dari rumah orang, menyerang
guru berkali-kali, tidak disukai semua guru dan siswa, dan setiap hari, dalam
setiap kelas, dia hampir pasti dikeluarkan dan dikirim ke ruangan kepala
sekolah alias tidak pernah selesaikan satu kelas.
Masuklah Gene ke
kelas itu dan mulai mengabsen murid satu-persatu. Hingga sampailah ia pada nama
Luke. Dipanggilnya nama itu dan ia pun mulai menengok ke kanan dan ke kiri.
Hingga ia mendapatkan seorang murid yang mengangkat tangan dan menjawab, “Hadir,
Pak!”
Sepuluh detik berlalu tanpa ada suara. “Kamu, Luke?”, tanya
Gene.
“Iya. Kenapa?” jawab sang murid.
Gene terus menatap sang murid yang dikatakan super bengal
itu tanpa mampu berkata apa pun. Di hadapannya, duduk salah satu anak berusia 14 tahun yang paling manis di
kelasnya. Bisa dikatakan seperti Cover Boy. Rambutnya cokelat yang lurus dan
rapi, disisir ke samping, mata coklatnya besar dan terlihat cerdas. Tidak ada
jerawat, kulit mukanya halus, dan harus dikatakan ganteng. Inikah si monster
rakasasa yang ditakuti semua guru? Apakah tidak salah? Dan sejurus Bene merasa bingung.
Namun ia terus mengajar. Dan
ternyata, benar. Ya, benar apa yang dikatakan guru-guru senior itu sebelumnya. Lima
menit setelah pelajaran dimulai, Luke menyerang murid lainnya. Oh, ternyata
begitu, ya. Tak hanya aksi Luke, Gene pun mendeteksi masalah lain sebelum aksi
penyerangan Luke dilancarkan. Apa itu? Murid lain menghina Luke, tepat sebelum “si
Monster” beraksi.
Sang guru senior yang duduk di
belakang dan membuat penilaian terhadap cara mengajar Gene tampaknya
menunggu-nunggu. Ya, menunggu Gene mengeluarkan Luke dan menyuruhnya menghadap
kepala sekolah seperti yang biasa mereka lakukan. Tapi kali ini tidak dengan Gene.
Gene menyuruh Luke duduk kembali
dan mulai berjalan ke belakang. Ia menghampiri tiga anak yang sedang
cekikikan melihat Luke mendapat masalah. Ia menasehati ketiganya dan seluruh
kelas bahwa tidak ada satu pun murid yang boleh menghina murid lain di
kelasnya.
Gene mendapat pelajaran, bahwa Luke
bereaksi setelah dihinakan anak lain. Setelah dikaji lebih dalam dan ditanyakan
ke banyak guru lain, ternyata Luke selalu begitu. Anehnya, guru senior menyalahkan
Luke karena menyerang secara fisik, tetapi tidak bertindak terhadap anak-anak
yang menghinanya (yang menjadi pemicu perbuatan dia).
Gene mengajak Luke berdiskusi tentang
cita-citanya, pendiriannya, dan segala hal pribadinya. Ia pun melatih Luke
bagaimana menghadapi hinaan teman-temannya tanpa ia harus menyerang secara fisik
dan mendapat hukuman. Bahkan, Gene pun menawarkan diri untuk melindungi Luke
ketika teman-temannya mulai menghinanya. Tak hanya itu, Gene menjanjikan nilai
A untuk Luke, selama ia tidak berbuat “nakal” lagi di kelas.
Gene juga menghubungi para guru dan meminta mereka, jika
Luke melakukan tindakan indisipliner lagi, cukup bisikkan bahwa ia akan disuruh
menghadap Mr, Netto (Gene Netto). Meski beberapa guru tampak pesimis, mereka
pun melakukannya.
Satu minggu itu, Luke tidak
dikeluarkan dari kelas dan tidak disuruh menghadap kepala sekolah. Hingga dalam
sebuah rapat kepala sekolah menanyakan keadaannya? Gene pun menceritakan
caranya dalam menangani Luke. Dan apa yang dikatakan kepala sekolah? “Bagus
sekali Gene, tolong diteruskan!” Bene pun kaget. Baru ketemu kepala sekolah
selama 10 menit saat datang di awal magang, dan sekarang dapat pujian di depan
60 guru senior.
Dua minggu sejak Gene berada di sekolah, Luke sudah berubah total. Hanya karena diperhatikan dan ditawarkan bantuan untuk diskusi dan menghadapi masalah. Total waktu yang dihabiskan untuk berdiskusi dengannya mungkin 15 jam saja. Masalah utama sebenarnya ada di rumah. Orang tuanya tidak pernah ingin punya anak. Bapaknya sering mabuk dan menghajarnya. Ibunya sering menghinanya dan mengatakan bahwa dia tidak diinginkan.
Saat Gene menanyakan kepada Luke,
“Apakah orang tuanya akan bangga jika dia dapat nilai A?” Luke bilang mereka
tidak akan peduli. Gene pun mengatakan bahwa ia tidak berkuasa untuk mengubah
orang tua Luke. Tapi walaupun mereka tidak peduli, Gene akan tetap merasa
bangga sebagai gurunya, selama dia masih mau berusaha menjadi lebih baik. Luke tersenyum
dan berjanji akan terus berusaha.
Singkat cerita, tugas magang Gene selesai dan ia melanjutkan studi di Universitas Indonesia pada tahun 1995.
Mendengar Gene akan pergi, Luke meminta alamatnya di Indonesia. Luke
mengirimkan surat padanya dan ingin dibelikan layangan dari Indonesia.
Demikianlah. Luke, si murid monster, tunduk di bawah bimbingan
mahasiswa magang calon guru. Si murid monster yang selama ini menjadi gangguan
bagi guru-guru lainnya, justru menjadi sahabat baik bagi Gene Netto dan
sikapnya mulai berubah.
Nah, bapak dan ibu guru yang
saya hormati, semoga cerita tadi bisa memberikan kita inspirasi. Bahwasanya vonis dan hukuman
bukanlah satu-satunya solusi, bahkan menjadi tidak efektif manakala kita tidak
mengetahui akar masalah sebuah pelanggaran yang terjadi.
Akhir kata, selamat mengikuti
pelatihan ini. Semoga apa yang disampaikan oleh trainer kita, Bapak Muhammad Faris Ridwan, bisa memberikan kita inspirasi dan semangat, menjadi guru terbaik
untuk anak-anak kita, murid-murid kita yang tercinta.
Sekian dari saya,
Wassalamualaikum wr wb.
Kepala Sekolah SMA BiroNaskahPidato.Com
Rochim Armando
Rochim Armando
Tidak ada komentar:
Posting Komentar