Biro Naskah Pidato - Prof., Dr., Yusril Ihza Mahendra lahir di Lalang, Manggar, Belitung Timur, pada tanggal 5 Februari 1956. Ia seorang pakar hukum tata negara, politikus, dan intelektual Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Menteri Sekretaris Negara Indonesia.
Pria bergelar Datuk Maharajo Palinduang ini merupakan putra dari pasangan Idris dan Nursiha. Keluarga dari pihak ayahnya berasal dari Johor, Malaysia. Kakek buyutnya, Haji Thaib, merupakan seorang bangsawan Kesultanan Johor. Keluarga ayahnya telah menetap di Belitung sejak awal abad ke-19. Sementara ibunya berasal dari Aie Tabik, Payakumbuh, Sumatera Barat. Pada abad ke-19, neneknya pergi merantau dari Minangkabau dan menetap di Belitung.
Pendidikan sarjana Yusril Ihza Mahendra diselesaikan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Selanjutnya ia mengambil gelar master di University of the Punjab, Pakistan (1985) dan meraih gelar doktor Ilmu Politik di Universitas Sains Malaysia pada tahun 1993.
Awal karir Yusril dimulai sebagai pengajar di Universitas Indonesia pada mata kuliah Hukum Tata Negara, Teori Ilmu Hukum, dan Filsafat Hukum. Dari universitas tersebut, ia memperoleh titel Guru Besar Ilmu Hukum.
Selain mengajar, Yusril aktif dan menjadi pengurus beberapa organisasi, seperti Muhammadiyah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Dari sinilah ia banyak berkenalan dengan tokoh muslim nasional, terutama Mohammad Natsir yang banyak mempengaruhi pandangannya.
Pada tahun 1995, Yusril --melalui Mensesneg Moerdiono-- diberi kepercayaan untuk diperbantukan sebagai Asisten bidang Khusus, yaitu menyusun Naskah pidato (Speech Writer) Presiden Soeharto. Dalam tugas ini, Yusril menyusun semua pointers. Setelah diformat, selanjutnya memasukkan kritik dan keinginan penyelenggara. Setelah selesai, naskah pidato diserahkan ke Mensesneg.
Saat itu, Presiden Soeharto sudah tahu siapa Yusril, soalnya soeharto selalu bilang bahwa Yusril orangnya Natsir. Malah soeharto sempat menyebut Yusril sebagai “Ronggowarsito”. Hal ini tertuang dalam sebuah artikel pada web 1for1000, di mana terdapat percakapan antara Presiden Soeharto dan Mensesneg Moerdiono.
“Siapa anak muda ini?” tanya Presiden Soeharto kepada Mensesneg Moerdiono.
“Dialah yang membuat pidato-pidato bapak selama ini,” jawab Moerdiono terus terang.
“Lho, ini kan orangnya Natsir?”
Moerdiono mengangguk, membenarkan penilaian presiden dan nampaknya kesimpulan telah diperoleh “bahwa orangnya Natsir” ini seorang pakar yang bekerja secara profesional. Soeharto sadar ia berhadapan dengan anak muda berwawasan luas. Mungkin karena pertimbangan itulah Yusril tetap dipertahankan menjadi speechs writer.
Menulis pidato politik bukanlah pekerjaan yang dapat dilakukan setiap orang. Untuk hal ini diperlukan tingkat kecerdasan yang tinggi serta pemahaman luas atas persoalan-persoalan yang berkembang. Pada akhirnya, kedua hal itu dikaitkan dengan kebijakan serta strategi politik seorang presiden.
Yusril ihza
mahendra melakukan pilihan dengan masuk dalam pusat kekuasaan untuk
melakukan perubahan politik dari dalam, yaitu melalui transformasi gagasan ke
dalam isi dan arah konsep-konsep pidato yang disusunnya. Selama 3 tahun Yusril menjadi penulis pidato presiden, ia telah
mengonsep naskah sebanyak lebih dari 204 naskah pidato untuk Presiden Soeharto. Semuanya dilakukan secara profesional. Dengan masuk ke lingkaran kekuasaan, dia mencoba mencegah kemungkaran dengan
tulisan yang kemudian disampaikan oleh mulut Soeharto.
Ketika Reformasi 1998,
Yusril menjadi salah satu pihak yang mendukung perubahan politik di
Indonesia. Pada masa itu, Yusril berperan besar, terutama ketika ia
menuliskan pidato pengunduran diri Soeharto.
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Yusril_Ihza_Mahendra
http://www.1for1000.info/2013/06/soeharto-yusril-itu-ronggowarsito-dan.html
Yusril adalah antek rezim ORDE BARU
BalasHapus