Laman

Naskah Pidato Bung Tomo pada Pertempuran Surabaya 10 November 1945

http://ahlinaskahpidato.blogspot.com/search/label/Bung%20Tomo
Biro Naskah Pidato - Bung Tomo, siapa yang asing dengan namanya? Ya, inilah orator hebat yang berhasil membakar semangat perlawanan pemuda laskar dan rakyat Surabaya lewat pidato atau orasinya yang berapi-api. Dengan dukungan penuh dari para ulama dan santri lewat resolusi jihad serta dukungan Gubernur Suryo ketika itu, Bung Tomo menggelorakan semangat jihad dan perlawanan lewat corong radio selama pertempuran berkecamuk. Berikut isi naskah pidato Bung Tomo pada Pertempuran Surabaya 10 November 1945. 



Bismillahirrahmanirrahim …
Merdeka !!!


Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia, Terutama, saudara-saudara penduduk kota Surabaya. 

Kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua. Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan, menyerahkan senjata-senjata yang kita rebut dari tentara Jepang.

Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan. Mereka telah minta supaya kita semua datang kepada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda menyerah kepada mereka.

Saudara-saudara, di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau, kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya, pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku, pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi, pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali, pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan, pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera, pemuda Aceh, pemuda Tapanuli dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini, di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung, telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol, telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.

Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu, saudara-saudara dengan mendatangkan presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini, maka kita tunduk untuk menghentikan pertempuran. Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri, dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.

Saudara-saudara, kita semuanya, kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris ini. Dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia, ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini. Dengarkanlah ini, hai tentara Inggris! Ini jawaban rakyat Surabaya! Ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian.

Hai tentara Inggris !
Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih takluk kepadamu, menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu. Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang kita rampas dari Jepang untuk diserahkan kepadamu.

Tuntutan itu, walaupun kita tahu bahwa kau sekalian akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan seluruh kekuatan yang ada. Tetapi inilah jawaban kita:

Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapa pun juga!

Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting. Tetapi saya peringatkan sekali lagi, jangan mulai menembak. Baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka itu.

Kita tunjukkan bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita, saudara-saudara, lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: MERDEKA atau MATI.

Dan kita yakin, saudara-saudara, pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara-saudara, Tuhan akan melindungi kita sekalian


Allahu Akbar..!

Allahu Akbar..!

Allahu Akbar…!


MERDEKA!!!

Semangat jihad dan pekik takbir yang terus berkumandang dan bergelora itu tidak hanya membakar semangat rakyat, tetapi membuat ratusan prajurit Gurkha dari Pakistan membelot dan menyeberang ke pihak para pejuang kemerdekaan. Alasan membelotnya ratusan pasukan Gurkha asal Pakistan ini tak lain adalah sentimen agama, yaitu persaudaraan sesama muslim yang saat itu sedang berjuang melepaskan diri dari belenggu penjajahan Eropa yang notabenenya beragama kristen (Inggris, Perancis, Portugis, Belanda, Italia, dsbnya).

Nama: Sutomo
Lahir di Surabaya, Jawa Timur, 3 Oktober 1920 - Meninggal di Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981 pada usia 61 tahun.

Ingin membuat pidato sendiri tetapi masih bingung? Butuh jasa penulisan/penyusunan pidato?
Kami sediakan jasa penyusunan pidato dengan tarif khusus

Berat merogoh kocek?

Silahkan tulis kembali teks pidato yang ada di blog ini dan modifikasi sesuai keinginan. GRATISSS!!!